Thursday, March 10, 2011

Kumpulan Kultwit Salim A Fillah Tentang Bahagia



1. Insyaf bahwa tiap nikmat membawa ujian. Seperti tampanmu: cemburu, keterbuangan, perbudakan, nafsu, penjara, kuasa.

2. Kau impikan 11 bintang, bulan, & mentari sujud padamu. Itulah awal petualangan hidup nan paling bermakna & berliku.  
3. Dia cantik, kaya, kuasa. Kau tergoda, kau terhasrat, tapi nama RabbMu lebih agung dalam dada. Larimu terkoyak baju.

4. Wanita-wanita mabuk mentakjubi parasmu, tersayat-sayat jari mereka tanpa rasa. Tapi katamu: Penjara lebih kusuka.  

5. Saat dia yang kau cinta, tapi pernah nyaris bersama jatuh dalam petaka, kini tersatu lagi di jalan yang diridhaiNya  

6. Saat kau berhasil sembunyikan gelegak hati karena disebut ‘Pencuri’, demi mulusnya drama keluarga nan menyejarah.  

7. Saat kau yang buta mencium bau khas anak tersayang nan hilang. Tapi anak lain candaimu: Kau masih dalam sesatmu. ’QUB

8. Saat kau pejam mata; mengeja cinta pada sibiran tulang sekaligus taat pada Pencipta Kehidupan. Domba itu muncul.  

9. Kau, wanita ringkih & bayi merah ditinggal di gersang mematikan. Katamu tegar: Allah takkan pernah sia-siakan kami.   

10. Saat baik sangkamu harus ditopang upaya; kau lari bolak-balik 7 kali unjukkan kesungguhan. Zam-zam di kaki bayimu.  

11. Tahu bahwa Allah bisa memuliakan dan mendidik dengan cara apapun. Jika tak sabar bertugas, sabarlah dalam musibah.  

12. Harta langsak, milik musnah, anak mati satu-satu, sakitmu rontokkan jasad. Ujarmu: Sisakan hati&lisan mendzikirMu.  

13. Merencanakan agar sesuai dengan rencanaNya, bertindak dalam kehendakNya. “Jadilah kehendakMu, bukan kehendakku.”  

14. Berdiri malam-malam, bersujud dalam-dalam. Lalu sedekahkan hati yang terisi cinta Ilahi pada segenap penghuni bumi.  

15. Membagi senyum ketika kau terluka, memberi minum ketika kau dahaga, menghibur jiwa-jiwa ketika kau berduka.  

16. Ditawari tinggal dalam syahdu-sentausa di langit sana, tapi kau pilih turun ke bumi. Menebar bajik, halaukan serik.  
17. Malaikat tawari binasakan orang nan sakitimu. Jawabmu: Ampunilah sebab mereka tak tahu, kelak keturunannya esakanMu  

18. Dipanggang terik, pasir membara, tindihan batu, cambukan kejam, darah berlelehan. Lisanmu teguh berucap, “Ahad!”  

19. Kau jaga Sang , tubuhmu koyak 70 luka nan mencucurkan merah. Doamu: Ambil darahku Tuhan, sampai Kau ridha.  

20. Terkejut di depanNya: “Allah, amalku tak sebanyak ini” FirmanNya: “Memang. Tapi kau inspirasi. Pahala mereka untukmu jua”

21. Kebaikanmu terceritakan pada dunia, lalu manusia terilham untuk berkarya. Adapun kau, bersembunyi menanti pahalaNya
22. Iri pada mereka yang diberi limpahan harta & ilmu, lalu kita janji pada Allah akan BERBUAT lebih jika diberi nan serupa.
23. Saat orang lain hanya bisa bicarakan keburukanmu. Maka gugurlah dosamu. Sementara kebaikanmu tersimpan dalam senyum Tuhan

24. Saat dendam kau anggap bagai racun: ditenggak sendiri tapi berharap orang lain yang mati. Lalu kaupun memaafkan :)

25. Saat kau membalas semua yang kotor & keji dengan yang baik & suci. Sebab hanya itu yang kau punya tuk dibagi.  

26. Saat prasangka tak bisa mengalahkan akhlaqmu, saat kebencian tak meruntuhkan adilmu, saat dendam tenggelam dalam maafmu.

27. Masa lalumu tak membelenggu, masa depanmu tak menghantu, masa kinimu terisi puncak karya yang kau bisa.

28. Janji yang tertunaikan, amanah yang tersampaikan, silaturrahmi yang tersambung kembali.

29. Allah hadir di mata yang kaupakai melihat, telinga yang kauguna mendengar, tangan untuk bertindak, kaki untuk melangkah.

30. Membersamai orang shalih. Wajahnya ingatkan pada surga, kata-katanya mendzikirmu akan Allah, amalnya mengilhami berkarya

31. Ditutup aib kita, diampuni dosa-dosa, dan dijadikan lebih baik pribadi ini dari semua kemuliaan yang disematkan manusia.

32. Berani jujur pada hati dan kuat mengikuti bisik nurani. Kadang memang tersepi dan sunyi. Tapi senyum Tuhan membersamai.

33. Saat hati, lisan, dan perbuatan menarikan kebenaran dan kebaikan dalam selarasnya irama. Tak satupun yang sumbang.

34. Dalam pandangan diri merasa rendah, dalam penilaian orang dianggap tengah-tengah, di sisi Allah jadi yang paling mulia 
 
35. Hidup dlm prasangka baik sesama pada kita, lalu mensyukuri baik sangka itu dengan berjuang tuk menjadi benar-benar baik

36. Tak usah banyak cerita tentang diri. Yang mencinta tak memerlukan. Yang benci takkan percaya. Cukup penilaianNya saja;)

37. Setelah tahu bahwa kita tak bisa selalu peroleh apa yang kita suka, kita belajar untuk menyukai apapun yang kita peroleh. 

38. Lapang hati menerima nan tak terubah, keberanian bertindak atas ia yang bisa diubah, & kebijaksanaan membedakan keduanya.

39. Keterampilan menyampaikan kebenaran atas kesalahan dia yang terkasih, ketika semua kata luruh ditelan rasa-rasa.

40. Bisa membenci kesalahan, tapi tetap memperlakukan pelakunya dengan cinta. Baik yang silap diri sendiri maupun orang lain.

41. Berbagi senyum kecil&pujian sederhana, agar hati nan nyaris putus asa kembali percaya bahwa ia berhak&layak berbuat baik.

42. Selalu menjaga agar sebuah IKATAN -persaudaraan, pernikahan, apapun- lebih berharga daripada SITUASI yang sedang terjadi.

43. Berhasil menyembunyikan ibadah pada Allah dari mata manusia, dan menampakkan bekasnya nyata-nyata berupa akhlaq mulia.

44. Meneladani ahli surga nan sahaja, melepas segala sesak dada akibat beban rasa pada sesama. Damai bagi diri dan dunia
45. Ketika merasa bahwa semua orang punya masalah dengan kita, curiga bahwa diri kita inilah masalahnya. Lalu benahi jiwa;)

46. Jika semua kelebihan yang dipunya tak bisa menumbangkan kerendahan hati kita.

47. Saat ikhlasmu bagai susu. Tak campur kotoran, tak tersusup darah. Murni, bergizi, menguati. Langit ridha, bumi terilhami.

48. TIDAK bersaing dalam rasa derita. ie: Ketika ada yang berkata, “Pesawat saya delay 3 jam”, kita sambut, “Lha saya 8 jam!”
49. Menjadi karang yang ridha ditumbuhi lumut, lalu keangkuhannya remuk menjadi butiran hara yang menyuburkan bumi.

50. Mati dalam ‘amal terbaik, tinggalkan jejak yang ditumbuhi harum melati, atau dibenami pancang tuk bergayutnya anak-cucu.

51. Keyakinan atas kebenaran yang tak menghalangi penghormatan pada mereka nan berbeda.  

52. Kawan mulia. Jika berkunjung, katanya, “Sebab keutamaanmu.” Jika kita tandang, ujarnya, “Ini kemurahan hatimu.”  

53. Memaknai semua aniaya sebagai berfoya. Dibuang itu tamasya, dipenjara itu rehat, dibunuh menghadap Kekasih.
Share On:

No comments: